Latest Updates

Perjalanan Menuju Gunung Sibayak

Saya merupakan mahasiswa kehutanan di sebuah universitas negeri di Sumatera Utara. Kegiatan yang sering dilakukan seorang rimbauan seperti kami tak lain ialah bermain-main di Hutan, hahaha… cekkk ille…  main di hutan bareng orang utan, HEHEHHE… . Seorang rimbauan kalau belum pernah masuk hutan itu bukan rimbauan  namanya. Ahhahha,  saya kira basa-basinya cukuplah ea.

Simpulan Angin di Penatapan

 Pada kesempatan ini saya menulis cerita tentang pejalanan saya saat libur akhir pecan.

Saya rasa para agan-agan sekalian pernah dengar gunung yang bernama Gunung Sibayak, terutama bagi para agan yang berada di Sumatera Utara. Pada kesempatan ini saya akan bercerita sedikit tentang perjalanan saya dan temen-temen ketika mendaki Gunung Sibayak. Pada bulan November 2013 yang lalu. Saya dan temen-temen kehutanan serta satu orang temen SMA saya melakukan tracking ke Gunung Sibayak, ini merupakan pertama kalinya saya track naik gunung. Kami mengambil track jalur 54, jalur nih dekat dengan Penatapan. Kami berangkat Sabtu malam jam 19:00 an gitu lah, kami sampai di Penatapan pukul 21:00, wah uda malam kan tu, kira-kira menurut para agan apakah malam tu ngetracknya? Bisa jadi sih,,, Namun kami memutuskan untuk beristirahat ngecamb di Sipulan Angin yang letaknya di bawah penatapan(agak turun tebing). Sebelum kami tiba di Penatapan, Hujan turun begitu deras, dan saat sampai di penatapan ternyata hujanpun agak redah, kami segera memasang camb untuk beristirahat. Persediaan logistik tidak terlalu banyak yang dibawa, jadi harus irit-irit makannya.


Malam itu kita Cuma makan roti kacang secukupnya dan minum teh manis panas. Dari mana the manisnya? Ea di masak lahh!! Hehhehe     kita mau masak namun di luar basah, jadi gimana mau masaknya. Biasanya para pendaki gunung memiliki alat  masak yang namanya nesting, namun pada perjalanan kami ini, kami tidak punya nesting, maklumlah orang susah, asekkkk….    Kami memasak menggunakan methanol yang di tuangkan di dalam sebuah kaleng minuman softdrink dan di bakar. Karna diluar dingin kami masaknya di dalam tenda, wah mesti hati-hati ni, ntar bisa terbakar lagi….. 
Suhu di bawa  tegakan yang kami huni untuk satu malam ini cukup dingin meskipun didalam tenda. Salah satu teman mengambil inisiatif untuk mengidupkan api diluar, namun kayu yang hendak di bakar pada basah semua, minyak untuk membantu membakar tidak ada karena saat di bus tadi tumpa tuhh, lama mencoba membakar, tak kunjung hidup juga, ternyata ada satu cara agak api dapat hidup. Caranya kami mengambil kulit pohon di sekitar camb yang tidak basah, letaknya di selah-selah banir dan pangkal pohon. Tidak berapa lama akhirnya api pun hidup dan kami merasa terhangatkan.



Pagi tiba, Saatnya serapan dan bergegas packing tu naik. Kami telah berada dipintu rimba jalur 54, sebelum naik kami berdoa dulu, supaya diberikan keselamatan saat perjalanan(orang Kristen semua). Tracknya awal memang agak berat karena memiliki kemiringan sekitar 350-500, baru berjalan sekitar 40 meter, nafas terasa sesak akibat detak jantung yang bertambah kencang sehingga oksigen yang segar dalam jumlah banyak harus dihirup. Diawal-awal perjalanna ini salah satu temen saya yaitu Wanner Tambunan merasa kelelahan, maklumlah teman saya ini belum pernah ke Hutan, dia salah satu mahasiswa Teknik di Unimed. Dalam peralanan tracking saya banyak jumpai pohon yang unik, ada beberapa yang saya kenali antara lain Puspa dan Rasamala.


Di dalam perjalanan tenyata kami telah mengabisakan setengah air dari persediaan, ini bisa jadi masalah ketika sampai di puncak. Kami memutuskan menncari sumber air yang dapat dikonsumsi dan akhirnya ketemu. Gak tau apakah bersih atau tidak namun kelihatanya dapat diminum meskipun telah bercampur pada serasa. Ternyata dalam peralanan bayak sekali pacet yang hendak nebeng sama kami. Hahaha… terpaksa kami tinggalkan, karena belum isi formuir pendaftaran pacetnya(just kidding), di dalam perjalanan juga kami bertemu kakki seribu yang berukuran sekitar 30cm, baru kali itu saya jumpa opung dari opungnya kaki seribu yang gedenya luar biasa. Setelah kurang lebih 4jam diperjalanan kami ampir sampai di puncak, yang ditandai dengan tanah bebatuan, tumbuhan berupa semak, lumut dan tubukan perdu lainnya.


Dan akhirnya kami sampai di puncak, sungguh indah ternyata pemandangan dari puncang Sibayak ini. Saat tiba dipuncak saya menyadari betapa besar dan indahnya ciptaan Tuhan. Kami istrahat beberapa menit di atas sebelum mamasang tenda(camb). Ternyata banyak juga para turis wisatawan yang menjadikan Gunung Sibayak ini sebagai tujuan liburan mereka. Setelah tenda berdiri saya dan 3 rekan dari Kehutanan saya naik ke puncak bebatuan dari Gunung Sibayak tersebut untuk menikmati pemandangan. Ehhh  bukannya menikmati pemandangan, mala terjebak kabut di atas yang disertai rintik-rintik air. Yoda kami putuskan untuk turun dari tebing berlahan lahan, Karena jjarak pandang kami sekitar 3-5 meter doing, jadi mesti hati-hati. Sesampai di bawah(kawa) kamu putuskan tu belanja gratis di Indomaret, hahhaa.. di Gunung Sibayak ada indomaret!!. Hmmm santai Sob tu hanya kiasan doing, yang sebenarnya kami keliling-keliling areal kawa, mana tau ada benda yang dapat digunakan. Eh ternyata bener kami dapa gula merah dan minyak lampu. Wess lumayan ni nambah energy dan bisa bakar-bakar, di atas Gunung ni gak ada yang bisa dibakar, tapi kami sudah siapkan kayu yang akan dibakar dari kaki gunung di bawa.


Malam tiba saatnya makan dan setela itu tidur. Waduh ternya AC di gunung ini dingin sekali, pada pukul 2:00 malam dinginya mintak ampun, menusuk tulang dinginya. Uda gitu ada pula kawan mau puBs, wele gawat ni. Paginya kami bergegas naik puncak kawa untuk melihat ShineRise yang sangat indah itu. Setelah itu kami pun serapan dan packing tu turun gunung. Namun sebelumnya kami mellakukan kegiatan bersih-bersih areal gunung tersebut dengan membawa sampah-sampah yang ada ikut turun bareng kami. Upss air untuk perjalanan ternyata gak ada lagi. Terpaksa harus cari sumber air, hanya ada satu sumbel air yang ada yaitu harus memutari puncak gunung dengan perjalanan sekitar 30 menit. Sesampai di sumber air, keadaanya sangat parah airnya sangat pekat karena volume air yang  ada sangat dikit dan terdapat banyak lumut,perkiraan saya ini air berasal dari curah hujan yang berlabu kesini, setidaknya mengandung Belerang lah, tapi apa boleh baut harus diminum juga. Dan akhirnya kami turun. Singkat ceritanya kami sampai diBerastagi dengan selamat. Masih banyak sih yang kurang detail dari ceritanya, namun harus disingkat-singkat Karen apegal ngetiknya.


NB: Serasa = daun kering yang menumpuk di tanah
        Nesting = Alat masak para pendaki
        Banir = Bagian pangkal pohon yang berbentuk akar
        Rimbauan = Pelindung Hutan



-Terima kasih telah membaca artikel diatas-
=Silakan tinggalkan komentar anda untuk menjadikan Blog ini lebih baik.=

0 Response to "Perjalanan Menuju Gunung Sibayak"

Posting Komentar

1. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berkomentar
2. Dilarang keras meletakkan spam dikotak komentar.
3. Tidak boleh mengandung SARA

Apibila ada kesalahan pada postingan.
Silakan berikan kritik dan Saran rekan sekalian.
Melalui komentar/ Email alumni

Pengikut